Hasil
wawancara kelompok 2
Kami
mewawancarai dua orang anak jalanan :
Nama : Sahala (Kiri)
Umur : 5 tahun
Alamat : Al Hikmah ,Bentar
|
Nama : Saprizal (Kanan)
Umur : 4 tahun
Alamat : Al Hikmah , Bentar
|
Sahala dan Safrizal adalah anak ke 5 dan ke 6 dari sepuluh
bersaudara, mereka sering mencari uang dengan cara meminta-minta di sekitar alun-alun
Garut. Mereka biasanya meminta-minta dari pulang sekolah sampai pukul 23.00
WIB, dalam sehari mereka mendapatkan uang sekitar Rp 50.000,00 perhari,
walaupun terkadang mereka tidak mendapatkan uang samasekali. Uang sebesar Rp
10.000,00 dari hasil mengemisnya diberikan kepada Bapaknya untuk membeli rokok dan
kopi, begitupun dengan kakak-kakak dan teman-temannya sering meminta dari hasil
mengemisnya.
Mereka melakukan hal tersebut karena faktor konomi
yang melanda keluarganya.
Dimana
Bapaknya bekerja sebagai penjual tas, sedangkan ibunya pergi meninggalkan rumah.
Sahala pernah mengenyam pendidikan selama satu tahun
di Sekolah Dasar namun karena sikapnya yang malas untuk belajar, sehingga ia dikeluarkan
darisekolah. Sedangkan Saprizal masih bersekolah dibangku kelas 1 sekolah dasar
(SD).
Masa kecil mereka dihabiskan dengan bekerja, tidak seperti
anak sebayanya yang menghabiskan waktu untukb elajar, bermain dan mendapatkan kasih
saying dari orang tua. Mesikupun keadaanya seperti itu mereka pun mempunyai cita-cita
menjdi Tentara dan Polisi.
Itu merupakan salah satu fakta,
kenyataan yang ada di sekitar kita.
Menurut kelompok kami hal itu dapat
terjadi karena faktor sosial Ekonomi dan Budaya, mengapa? Karena :
Ø Pertama
kita lihat pada permasalahan Ekonomi (kemiskinan dan pengangguran);
Meskipun ayahnya bekerja, tetapi
tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga sepenuhnya, sehingga anak – anak
ikut bekerja. Bahkan, Sahala dan Saprizal yang masih sangat dini untuk bekerja
dan seharusnya hanya belajar juga bermain harus ikut bekerja dengan pekerjaan
yang kurang baik yaitu “mengemis” untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tidak hanya
untuk sekedar jajan, mereka juga harus memberi pemasukan kepada Bapak dan Kakak
– kakaknya. Pekerjaan tersebut akan mempengaruhi mental anak – anak tersebut,
mereka menjadi terbiasa untuk meminta – minta dan mereka tidak mempunyai
keahlian atau keterampilan untuk mencari pekerjaan yang lebih layak dan baik.
Ø Kedua
kita lihat pada permasalahan Budaya (perceraian dan kejahatan);
Sosok seorang ibu adalah guru paling
berpengaruh di dalam keluarga. Tetapi, permasalahan keluarga Sahala dan
Saprizal sangat memprihatinkan. Mereka kehilangan sosok seorang ibu di
rumahnya, ibu mereka meninggalkan rumah. Tidak ada yang tahu kenapa ibunya
meninggalkan mereka, tetapi kemungkinan yang terjadi adalah ibu mereka jengkel
dengan keadaan seperti itu (kurangnya materi untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga) dan memutuskan untuk meninggalkan rumah dan anak – anaknya.
Perceraian atau perpisahan lebih
tepatnya, menyebabkan mereka harus bekerja seperti itu. Ketika mereka
kehilangan sosok seorang ibu, mereka juga harus menerima sosok ayah yang kurang
baik (tidak mampu bertanggung jawab dengan keadaan yang kekurangan).
Untuk hal tersebut Pemerintah,
Lembaga Sosial dan Masyarakat harus bekerja sama untuk memecahkan masalah
tersebut dengan pendekatan – pendekatan yang telah dijelaskan di atas. Untuk
menuju Indonesia Madani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar