Jumat, 22 Juni 2012

Hasil Wawancara


Hasil wawancara kelompok 2
Kami mewawancarai dua orang anak jalanan :
 
Nama   : Sahala (Kiri)
Umur   : 5 tahun
Alamat : Al Hikmah ,Bentar
Nama   : Saprizal (Kanan)
Umur   : 4 tahun
Alamat : Al Hikmah , Bentar
Sahala dan Safrizal adalah anak ke 5 dan ke 6 dari sepuluh bersaudara, mereka sering mencari uang dengan cara meminta-minta di sekitar alun-alun Garut. Mereka biasanya meminta-minta dari pulang sekolah sampai pukul 23.00 WIB, dalam sehari mereka mendapatkan uang sekitar Rp 50.000,00 perhari, walaupun terkadang mereka tidak mendapatkan uang samasekali. Uang sebesar Rp 10.000,00 dari hasil mengemisnya diberikan kepada Bapaknya untuk membeli rokok dan kopi, begitupun dengan kakak-kakak dan teman-temannya sering meminta dari hasil mengemisnya.
Mereka melakukan hal tersebut karena faktor konomi yang melanda keluarganya.
Dimana Bapaknya bekerja sebagai penjual tas, sedangkan ibunya pergi meninggalkan rumah.
Sahala pernah mengenyam pendidikan selama satu tahun di Sekolah Dasar namun karena sikapnya yang malas untuk belajar, sehingga ia dikeluarkan darisekolah. Sedangkan Saprizal masih bersekolah dibangku kelas 1 sekolah dasar (SD).
Masa kecil mereka dihabiskan dengan bekerja, tidak seperti anak sebayanya yang menghabiskan waktu untukb elajar, bermain dan mendapatkan kasih saying dari orang tua. Mesikupun keadaanya seperti itu mereka pun mempunyai cita-cita menjdi Tentara dan Polisi.
            Itu merupakan salah satu fakta, kenyataan yang ada di sekitar kita.
            Menurut kelompok kami hal itu dapat terjadi karena faktor sosial Ekonomi dan Budaya, mengapa? Karena :
Ø  Pertama kita lihat pada permasalahan Ekonomi (kemiskinan dan pengangguran);
            Meskipun ayahnya bekerja, tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga sepenuhnya, sehingga anak – anak ikut bekerja. Bahkan, Sahala dan Saprizal yang masih sangat dini untuk bekerja dan seharusnya hanya belajar juga bermain harus ikut bekerja dengan pekerjaan yang kurang baik yaitu “mengemis” untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tidak hanya untuk sekedar jajan, mereka juga harus memberi pemasukan kepada Bapak dan Kakak – kakaknya. Pekerjaan tersebut akan mempengaruhi mental anak – anak tersebut, mereka menjadi terbiasa untuk meminta – minta dan mereka tidak mempunyai keahlian atau keterampilan untuk mencari pekerjaan yang lebih layak dan baik.
Ø  Kedua kita lihat pada permasalahan Budaya (perceraian dan kejahatan);
            Sosok seorang ibu adalah guru paling berpengaruh di dalam keluarga. Tetapi, permasalahan keluarga Sahala dan Saprizal sangat memprihatinkan. Mereka kehilangan sosok seorang ibu di rumahnya, ibu mereka meninggalkan rumah. Tidak ada yang tahu kenapa ibunya meninggalkan mereka, tetapi kemungkinan yang terjadi adalah ibu mereka jengkel dengan keadaan seperti itu (kurangnya materi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga) dan memutuskan untuk meninggalkan rumah dan anak – anaknya. 
            Perceraian atau perpisahan lebih tepatnya, menyebabkan mereka harus bekerja seperti itu. Ketika mereka kehilangan sosok seorang ibu, mereka juga harus menerima sosok ayah yang kurang baik (tidak mampu bertanggung jawab dengan keadaan yang kekurangan).
            Untuk hal tersebut Pemerintah, Lembaga Sosial dan Masyarakat harus bekerja sama untuk memecahkan masalah tersebut dengan pendekatan – pendekatan yang telah dijelaskan di atas. Untuk menuju Indonesia Madani. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar